Album THE BRANDALS Gaya rockenrol dan Mantap

Album debut self-titled berformat kaset yang dirilis oleh label indie SIRKUS Rekord, milik personel Kripikpeudeus ini memang jauh dari kecenderungan trend musik lokal.

The Brandals menyuguhkan tipikal rock n’ roll liar, urakan, agresif, gemar menghantam kemunafikan dan meludahi otoritas, namun tidak mengintimidasi pendengar dengan teks ideologis, atau agitasi dan propaganda yang membingungkan. Semua merupakan pemberontakan biologis yang natural, khas anak-anak muda puber yang lahir dan dibesarkan di perkotaan.

Butuh bukti? Simak lagu “Marching Menuju Maut” yang bagaikan anthem menuju medan peperangan melawan tirani dan otorita, di “Lingkar Labirin” dan yang mencerminkan keputus-asaan dan disintegrasi moral, rutinitas gaya hidup kaum perkotaan yang menyebalkan dalam “Stagnansi Vs Konformis”, atau “Anjing Urban” yang bercerita tentang suka duka seorang preman urban.

Dengar juga keindahan metafora persetubuhan dengan nuansa kebut-kebutan dalam “100 Km/jam”, petualangan cinta yang tak berujung dalam “Hati Emosi” atau ambisius-nya globalisme dalam lagu “Stoned Travel”. Inilah respon verbal-musikal THE BRANDALS terhadap realitas kota urban Jakarta yang ternyata tak selalu glamour dan megah.

Terinspirasi semangat pemberontakan dari film A Clockwork Orange, The Filth and Fury, Rebel Without a Cause serta mengadopsi referensi musikal dari The Rolling Stones, David Bowie, The Clash, Velvet Underground hingga The Stooges, band yang berasal dari distrik suburban di timur Jakarta ini eksis sejak awal 1999 dengan line-up pertama Rully Annash (drums), Bayu Indrasoewarman (gitar), Tonny Dwi Setiaji (gitar), Doddy Widyono (bass), dan Edo sebagai vokalis.

Setelah absen hampir dua tahun lamanya, para brandalan ibukota ini akhirnya kembali dengan penuh dendam. Kali ini bersama vokalis baru yang sebenarnya muka lama juga di dalam scene indie Jakarta, Eka Annash (eks-vokalis WAITING ROOM, 1994-1999). Bersama line-up ini THE BRANDALS makin solid dan rajin menyatroni event-event musik di seputaran metropolitan. Singel pertama mereka, “100 Km/jam”, yang direkam tahun 2002, sukses menjajah peringkat teratas chart stasiun-stasiun radio terkemuka di Jakarta selama beberapa minggu. Di antaranya adalah I-Radio, Prambors Rasisonia hingga MTV Sky.

THE BRANDALS sendiri menurut mereka jauh dari konsep premanisme ataupun kriminal. “Media massa telah mendistorsi makna berandal,” papar Eka Annash. “Dalam definisi kita, berandal adalah tingkah laku masa puber remaja yang bebas, tidak tunduk pada aturan serta didorong oleh semangat pemberontakan pada kemapanan dan otorita.” Like it or not, here’s THE BRANDALS.